Lalu gak berselang lama, teman-teman juga ngediskusikan prihal penutupan situs porno (yang dimotori Depkominfo) di milis alumni Del. Aku baca-baca lah, masa' udah capek-capek ditulis gak ada yang baca.
Ada beberapa alasan terkait moralitas yang benar-benar masuk diakal. Yah, jujur aja, yang masuk diakalku emang cuma alasan pemeliharaan moralitas sih sebenarnya. Walaupun ada berbagai argumen tentang kesehatan psikologis yang tersebar di internet, tapi pendapatku: semua berawal dari diri sendiri, moralitas sebagai dinding pertahanan.
Biarlah ketetapan itu dilakukan, biarlah situs porno dibatasi aksesnya, aku pikir itu bagus. Secara pribadi, ada sedikit kekecewaan. Tapi toh dunia tetap berputar walaupun Endonesia tak bisa lagi mengakses situs porno, betul?
Sesungguhnya aku pengen orang yang datang ke warnet punya tujuan lain (yang notabene lebih membangun) selain buka-buka situs porno. Kan seharusnya internet bisa jadi tempat belajar murah dan cepat? Aku sendiri masih getol belajar ini-itu di warnet. Sering dongkol juga gara-gara kecepatan akses turun drastis berkat user yang streaming adult-video :-s
Kalau ada yang beralasan, bahwa dirinya telah dewasa dan dianggap berhak untuk mengkonsumsi materi yang mengkeksploitasi nilai seksual. Ya cari jalan lain lah, bang. Masa' hari-hari mau yang murah melulu. Makan nasi bungkus pake tahu aja udah 6rebu!
Kalau ada yang koar-koar, bilangin pemerintah kaya' gak ada kerjaan; harusnya masih bisa ngurusin korupsi dulu, gak usah sok-sok canggih mau tutup akses situs porno; dsb-dst-dll.. aku rasa itu hanya bentuk kekecewaan aja (I'm with you, man) Kalau pun timbul sensasi karena urusan itu, wajar aja .. toh memang itu yang dibutuhkan orang-orang untuk keluar dari stagnansi. Otak-otak yang kurang kreatif kan cenderung butuh sensasi buat pemicu agar sel-selnya bekerja =))
Indonesia nich ... bukan Endonesia.
*protes ceritanya teh..*
Kalau nih tulis pakai 'I' bisa-bisa lawan Nich satu NKRI, jadinya diplesetin dikit lah.. kaya' negeri BBM (Bener-Bener Mabok) :p