Lalu Tuhan membawa Rabbi itu ke suatu ruangan, yang dinamakan Neraka.
Begitu masuk, aroma gulai daging menyeruak, begitu harum. Di dalam ruangan itu, terlihat ada perapian dengan kuali di atasnya (tentunya berisi gulai daging) yang mengepulkan asap. Disitu juga terlihat ada beberapa orang duduk, terpekur dengan muka masam. Suasana terasa begitu tak bersahabat. Ditangan tiap mereka ada satu piring dan satu sendok.
Sendok itu terlihat menyolok, karena sangat panjang ukurannya. Melebihi panjang tangan orang-orang disitu. Ternyata mereka pada bermuka masam gara-gara setiap kali menyendok gulai daging itu, mereka gak bisa menyuapkannya ke mulut mereka sendiri. Lha wong sendoknya panjang amat.
Lalu Tuhan membawa Rabbi itu ke suatu ruangan, yang dinamakan Surga.
Begitu masuk, terlihat ruangan yang sama, kuali yang sama, dan orang-orang dalam jumlah yang sama. Hanya saja, disitu suasana terasa nyaman. Orang-orang itu tidak berwajah masam, tetapi semua tersenyum cerah. Di tangan tiap orang ada sendok yang identik dengan sendok di ruang sebelumnya, sama kelewat panjangnya.
Salah seorang datang mendekati Rabbit tersebut, dan berujar
"Anda mau makan gulai daging yang nikmat ini? Saya bisa menyuapkannya ke mulut anda, jika anda mau"
Tuhan pun berkata "Jadi, sudah tahu bedanya?"
--sebuah cerita rakyat Yahudi pada abad pertengahan